"Dari dalam ke luar"

Baru-baru ini saya membaca buku The 7 Habits of Highly Effective People yang ditulis oleh Stephen R. Covey. Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah ada yang membacanya, mungkin juga tidak.
Saya belum membaca buku ini sampai tuntas, bahkan bisa dibilang baru sedikit sekali, namun meskipun sedikit isi dari buku itu benar-benar membuka mata saya terhadap bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang-orang sekitar kita, dan bagaimana kita berinteraksi dengan lingkaran sosial kita.
Sebagai contoh, pada bagian Pendahuluan dikemukakan pembahasan mengenai apa yang disebut "Dari dalam ke luar." Dalam bukunya, Stephen Covey menyatakan bahwa ada yang disebut dengan Etika Kepribadian dan Etika Karakter. Etika Karakter pada dasarnya merupakan nilai-nilai fundamental yang telah lama dianut oleh manusia, contohnya integritas, kejujuran, rendah hati, kerja keras, dan sebagainya. Semua sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang tulus, datang dari hati, dan tidak (bisa) dibuat-buat. Sementara Etika Kepribadian lebih mengacu pada teknik bagaimana cara manusia bersosialisasi dan berinteraksi, namun dengan tidak mengindahkan nilai-nilai fundamental yang disebutkan di atas. Perbedaan dari Etika Karakter dan Etika Kepribadian adalah Etika Karakter berpusat pada pengembangan kepribadian kita dari dalam, sementara Etika Kepribadian lebih bersifat manipulatif, sifat-sifat luar yang dipoles.
Stephen berpendapat bahwa, kesalahan masyarakat dewasa ini ialah mereka lebih menganut Etika Kepribadian daripada Etika Karakter. Orang-orang lebih senang untuk tahu "cara-cara mempengaruhi orang" daripada "menumbuhkan kepercayaan diri dari dalam". Padahal seharusnya sebaliknya, kita harus membentuk paradigma dan kepribadian diri kita, bukannya malah mementingkan pencitraan diri kita terhadap orang lain.
Sebagai contoh, di sini diungkapkan bahwa Stephen dan istrinya, Sandra, memiliki sebuah putra yang kurus, ringkih, kuper, dan tak pandai dalam olahraga, terutama bisbol. Stephen dan istrinya berusaha untuk terus menyemangati putra mereka dan melindungi dia dari cacian dan makian orang lain. Namun lama-kelamaan dia sadar, bahwa sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya, meskipun dia di luar selalu mendukung putranya, tapi dia dan istrinya juga merasa bahwa putra mereka memang kurang berkompeten. Lalu, Stephen dan Sandra sadar bahwa, untuk mengubah situasi, mereka harus mengubah diri mereka sendiri terlebih dahulu. Mereka mulai mengubah paradigma mereka dan meninggalkan persepsi lama mereka. Mereka berhenti bersikap terlalu protektif terhadap putra mereka, dan memutuskan untuk membiarkannya saja. Lambat laun, karena dia sudah mulai berbaur dengan masyarakat, dia pun menemukan kembali kepercayaan dirinya, sehingga akhirnya dia menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi.
Inilah yang dimaksud dengan prinsip "Dari dalam ke luar". Dalam berinteraksi dengan orang lain, terlebih dahulu kita harus mengubah paradigma kita terhadap orang tersebut, baru kemudian bersosialisasi dengannya. Jika kita tak menyukai seseorang, misalnya, lalu kita mencoba untuk berteman dengannya, karena bagaimanapun juga dia sebenarnya baik. Bagaimanapun juga, usaha itu takkan berhasil jika kita masih menyimpan rasa tidak suka dalam hati. Agar bisa berteman dengannya, pertama-tama kita harus menghilangkan rasa ketidaksukaan itu dan dengan tulus mencoba untuk menyukainya apa adanya. Barulah kita bisa menjalin persahabatan dengannya.
Kira-kira seperti itulah kesimpulan dari sebagian kecil yang telah saya baca. Bagi anda yang belum pernah membacanya, saya sangat menyarankan anda untuk segera membeli dan membaca buku ini, karena bisa dipastikan ini akan mengubah jalan pikiran kita dan cara kita berinteraksi dengan orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

A little reflection

On love; I guess

Salah