Posts

Showing posts from July, 2014

Prinsip lama

Saya lihat banyak di antara masyarakat kita yang telah melupakan nilai-nilai paling mendasar dalam hidup, yang bahkan telah diajarkan sejak usia Sekolah Dasar. Contoh, kita semua pasti tahu kan bahwa kita tak boleh menilai seseorang dari luarnya saja. Namun kenyataannya, banyak orang yang berbuat sebaliknya. Masyarakat kita telah melupakan nasihat ini dan tanpa sadar memandang rendah seseorang karena fisiknya, pakaian yang dikenakannya, ataupun karena tingkah lakunya. Padahal, boleh jadi orang itu lebih baik dari yang kita pikirkan. Sayangnya, kita sudah keburu men- judge duluan tanpa berpikir dua kali. Contoh lainnya, sejak kecil kita diajarkan bahwa mencela dan mencaci maki orang lain itu salah. Tapi nyata-nyatanya banyak orang dewasa ini yang tak segan saling tuding dan memfitnah, seakan-akan itu hal yang biasa. Dan yang paling menyedihkan, kebanyakan dari orang ini adalah Muslim, namun perilaku mereka sama sekali tak mencerminkan seorang Muslim. Bisa kita tengok pada hiruk-pikuk

Nilai karya sastra

Sejak kecil, saya sangat menyukai membaca. Bisa dibilang, membaca sudah merupakan bagian dari hidup saya yang tak terpisahkan. Apapun yang ada akan saya baca, mulai dari koran, majalah, novel, dan sebagainya. Tapi yang terutama, tentu saja karya fiksi. Saya telah sangat lama menggemari karya-karya fiksi. Saat SD, saya mulai menggemari karya-karya Agatha Christie, penulis misteri kondang, dan tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Beranjak SMP, selera saya beralih pada karya-karya klasik penulis luar negeri seperti karya Charles Dickens, Bronte bersaudari, Lucy Maud Montgomery, dan masih banyak penulis lain yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Sekarang, ketika saya sudah SMA, tentu saja, kebiasaan itu masih berlanjut. Hanya saja, saat ini saya memperluas jenis bacaan saya dengan tidak hanya membaca karya-karya fiksi, tapi juga buku-buku yang dapat mengasah intelektual dan kemampuan berpikir saya. Bertahun-tahun terbiasa membaca bermacam-macam karya sastra, membuat saya da

Sedikit pelampiasan

Saya yakin, banyak di antara kalian yang pernah merasa kebingungan dan tak tentu arah pada satu titik dalam hidup. Terkadang kita merasa tersesat dan tak tahu harus melakukan apa lagi, dan bertanya-tanya, "Apa gunanya aku melakukan ini?" "Bagaimana jadinya masa depanku?" "Apakah tak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaikinya?" Seiring dengan timbulnya pikiran-pikiran seperti itu, akhirnya akan berujung pada rasa frustasi terhadap diri sendiri. Rasa frustasi karena kita (merasa) tak bisa melakukan apapun untuk mengubah keadaan. Percayalah, saya juga pernah mengalaminya. Ada saat-saat dimana saya merasa begitu hampa dalam hidup, dan saya kerap bertanya pada diri sendiri, "Apa tujuan hidupku?" Saat-saat dimana saya merasa begitu kesepian dan tak bisa mengadukan masalah pada siapapun, kecuali pada Allah swt. Tapi tetap saja, kita membutuhkan bahu untuk bersandar, bukan? Kita semua pastilah menginginkan seseorang yang bisa kita ceritakan mengenai

"Dari dalam ke luar"

Baru-baru ini saya membaca buku The 7 Habits of Highly Effective People yang ditulis oleh Stephen R. Covey. Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah ada yang membacanya, mungkin juga tidak. Saya belum membaca buku ini sampai tuntas, bahkan bisa dibilang baru sedikit sekali, namun meskipun sedikit isi dari buku itu benar-benar membuka mata saya terhadap bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang-orang sekitar kita, dan bagaimana kita berinteraksi dengan lingkaran sosial kita. Sebagai contoh, pada bagian Pendahuluan dikemukakan pembahasan mengenai apa yang disebut "Dari dalam ke luar." Dalam bukunya, Stephen Covey menyatakan bahwa ada yang disebut dengan Etika Kepribadian dan Etika Karakter. Etika Karakter pada dasarnya merupakan nilai-nilai fundamental yang telah lama dianut oleh manusia, contohnya integritas, kejujuran, rendah hati, kerja keras, dan sebagainya. Semua sifat tersebut merupakan sifat-sifat yang tulus, datang dari hati, dan tidak (bisa) dibuat-buat. Semen

Menjadi diri sendiri

Barusan, saya menonton sebuah acara TV mengenai sains di BBC Knowledge. Disitu disebutkan bahwa seseorang akan cenderung mengikuti tindakan mayoritas orang/suatu kelompok di sekitarnya, walau tindakannya itu bodoh ataupun konyol. Ini berarti dalam bersosialisasi, manusia mempunyai kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Banyak di antara kita yang sering seperti ini, bukan? Jika teman-teman kita mengikuti suatu trend atau menyukai lagu/film/seleb tertentu, kebanyakan dari kita akan cenderung mengikutinya, walaupun kita sendiri tak terlalu suka, hanya karena tak ingin dianggap berbeda . Bukankah begitu? Contoh klise seperti ini juga sering saya lihat di acara TV Barat. Biasanya, ada tokoh utama seorang cewe/cowo yang biasa-biasa saja, tak terlalu populer di sekolah, dan hanya mempunyai satu atau dua teman yang dekat. Sementara di sekolah yang sama, ada suatu geng populer yang menguasai satu sekolah itu, dan para anggota geng tersebut merupakan sosok yang dik

Ide reformasi Prabowo

Saat ini, saya ingin mengungkapkan kritik dan pendapat saya mengenai suatu isu yang berkaitan dengan Pilpres 9 Juli mendatang. Sebelumnya, perlu saya ungkapkan bahwa tulisan saya ini memandang dari sudut pandang objektif, dan tidak bermaksud menyudutkan kubu manapun. Walaupun saya mendukung salah satu capres, tapi usia saya belum termasuk usia pemilih, jadi toh tak ada pengaruhnya. Beberapa hari yang lalu, saya menemukan bahwa jika menjabat jadi Presiden, Prabowo Subianto berencana menghapus sistem demokrasi yang dipakai Indonesia sekarang ini dan melakukan reformasi total dengan kembali pada sistem lama, yaitu pemilihan presiden secara tidak langsung melalui sistem tidak langsung, dengan dimusyawarahkan oleh suatu lembaga tertentu, dalam hal ini MPR. Menurutnya, Indonesia tidak cocok memakai sistem demokrasi dalam pemerintahan, dan bahwa Indonesia seharusnya kembali pada UUD 1945 dimana dinyatakan di situ bahwa presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat, namun ditetapkan oleh MPR.