Kenaikan BBM

Sekitar seminggu yang lalu, Presiden Jokowi baru saja menaikkan harga BBM premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kebocoran anggaran negara serta agar dana yang tadinya digunakan untuk subsidi bisa dialihgunakan untuk kepentingan lain, misalnya di sektor kesehatan, pendidikan, dll. Tentunya, banyak yang mengeluh atas kebijakan ini. Diantaranya rakyat kecil yang akan tercekik dengan harga-harga barang pokok yang semakin tinggi. Banyak yang tidak setuju dikarenakan alasan iba terhadap rakyat kecil. Ada juga yang mengaitkan kenaikan BBM dengan intervensi asing serta keinginan pemerintah untuk menegakkan kapitalisme dan liberalisme.
Namun, ada juga yang mendukung dengan berargumen bahwa kenaikan harga BBM ini akan menguntungkan Indonesia untuk jangka panjang. Anggaran terbesar yang digunakan dalam APBN adalah untuk subsidi BBM, sementara jika dana itu dialihkan untuk hal-hal yang lebih penting seperti pembangunan infrastruktur di daerah-daerah terpencil, serta pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik untuk semua warga negara Indonesia.
Saya sendiri termasuk salah satu orang yang setuju dengan kenaikan BBM. Mengapa? Alasan utama adalah karena minyak merupakan SDA yang tak bisa diperbarui, dan suatu saat nanti akan habis. Meskipun saat ini harga minyak dunia sedang turun, namun saya yakin makin lama akan makin naik dan lambat laun dunia akan mengalami kelangkaan minyak. Jika itu terjadi, apa yang mau disubsidi? Kenyataannya, kita tak bisa terus-menerus bergantung pada BBM. Jika anggaran untuk subsidi dikurangi, maka kita bisa menggunakan tambahan dana itu untuk penelitian sumber energi alternatif, contohnya tenaga surya, listrik, dll.
Memang, kenaikan harga BBM akan mengakibatkan inflasi yang berdampak tak hanya pada kenaikan harga bahan-bahan pokok, namun juga tarif angkutan umum. Namun, saya yakin, jika pemerintah menggunakan tambahan dana dengan bijak, hal ini hanya akan berakibat buruk untuk jangka pendek. Selebihnya, akan berakibat baik untuk jangka panjang, karena ketersediaan transportasi dan fasilitas umum akan lebih baik.
Terlebih lagi, masyarakat Indonesia itu, menurut saya, terlalu senang naik kendaraan pribadi, entah itu motor atau mobil. Kebanyakan dari kita segan merogoh kocek untuk menaiki kendaraan umum yang harus berdesakan dengan orang lain dan memilih untuk menaiki kendaraan sendiri yang lebih nyaman dan hanya menghabiskan biaya untuk bensin. Nah, mungkin intensif pemerintah adalah untuk mengurangi ketergantungan kita pada kendaraan pribadi serta agar kita mengurangi polusi dan kemacetan yang sudah sering melanda kota-kota besar.
PS: Meski saya sudah cukup umur, namun saya belum bisa menaiki kendaraan bermotor. Saya pribadi lebih senang berjalan kaki, sebenarnya. :)

Comments

Popular posts from this blog

A little reflection

On love; I guess

Salah