Buku

Sudah sejak lama saya jatuh cinta dengan dunia kesusastraan, dan terutama, buku. Buku merupakan satu-satunya sumber hiburan yang saya senangi. Saya pertama kali bisa membaca pada umur 3 tahun. Saya tak tahu bagaimana saya bisa belajar membaca dengan sendirinya, tapi yang saya tahu, sejak saat itu, saya tak pernah bisa berhenti membaca.
Awalnya, saya hanya membaca buku-buku cerita ringan, bacaan yang memang dikhususkan untuk anak-anak. Namun anehnya, sejak kecil, saya terbiasa membaca buku-buku yang sasaran pembacanya melebihi usia saya saat itu. Contohnya, saat saya berumur 7 tahun, saya pernah membaca sebuah buku cerita yang diperuntukkan bagi anak-anak berumur 10 tahun. Saat saya benar-benar menginjak umur 10 tahun, saya justru lebih senang membaca novel bergenre dewasa. (Perlu diketahui sebelumnya, definisi dewasa di sini bukan dalam artian vulgar)
Saya ingat sekali, waktu itu saya membaca Sang Pemimpi karangan Andrea Hirata, serta Negara Kelima karangan Es Ito. Saya hanya membaca kedua buku tersebut karena penasaran, dan meskipun ada beberapa hal yang tak bisa saya tangkap dengan sempurna, namun saya benar-benar menikmatinya sampai akhir. Perlu diketahui, Negara Kelima merupakan novel yang isinya kira-kira serupa dengan The Da Vinci Code. Bedanya, novel ini bercerita tentang teka-teki pencarian benua Atlantis, benua pada masa silam yang tak pernah diketahui keberadaannya.
Sekilas, mungkin memang agak 'berat' untuk anak seusia saya pada waktu itu. Anehnya, saya benar-benar menyenangi bacaan tersebut. Eksplorasi saya akan novel dewasa terus berlanjut ketika salah seorang teman saya membawakan novel karangan Agatha Christie ke sekolah. Saya pun meminjamnya, dan benar-benar menyukainya. Sejak saat itu, saya pun mulai mengoleksi novel-novel karangan Agatha Christie.
Akibat keseringan membaca novel dewasa, saya tak pernah suka membaca novel yang ditujukan untuk pembaca seusia saya, contohnya seperti novel teenlit. Menurut saya, novel-novel seperti itu tak ada nilai seninya, serta tak banyak yang bisa diambil. Lain halnya ketika membaca novel dewasa. Karena sudah terbiasa membaca karya-karya 'berat', ketika disodorkan bacaan ringan, saya justru merasa lebih berat membacanya.
Saat memasuki SMP, saya pun mulai merambah ke dunia sastra klasik. Saya pernah membaca Oliver Twist karangan Charles Dickens, serta Tess of the D'urbervilles karya Thomas Hardy. Kedua-duanya saya baca dalam versi B.Inggris, walaupun itu merupakan edisi ringkas yang diperuntukkan untuk anak-anak; karena edisi aslinya bahasanya lebih rumit. Saya pun mulai membaca serial Anne of Green Gables karya Lucy Maud Montgomery, serial novel yang bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil bernama Anne Shirley, dan cerita kehidupannya semenjak tinggal di Green Gables. Pada masa-masa itu, saya benar-benar menyukai buku-buku karangan abad ke-19.
Sekarang, saya sudah kelas 3 SMA, dan baru beberapa bulan menginjak usia 17 tahun. Saat ini, saya tak terikat pada genre tertentu, tapi yang jelas saya hanya membaca karya-karya yang berkualitas. Saya pun sudah mulai merambah pada bacaan nonfiksi, sesuatu yang tak pernah saya sukai sebelumnya; namun saya sadar bahwa saya perlu membaca lebih dari sekedar fiksi agar dapat menambah wawasan saya.

Comments

Popular posts from this blog

A little reflection

On love; I guess

Salah