Menyikapi perbedaan

Sering sekali kita menyaksikan fenomena berikut di berbagai negara; golongan minoritas ditindas dan dirampas hak-haknya oleh golongan mayoritas. Entah itu dalam hal ras, suku, agama, ataupun kebangsaan, kaum mayoritas terkadang mempunyai semacam keangkuhan terhadap kaum minoritas sehingga merasa bahwa mereka lebih berkuasa karena secara kuantitatif mereka lebih unggul.
Secara pribadi, menurut saya perbuatan ini mencerminkan ketakutan golongan mayoritas yang tak beralasan. Mereka mengekang hak-hak kaum minoritas, mungkin salah satu sebabnya karena mereka takut. Mereka takut jika kelak kaum minoritas akan mendominasi, dan mereka merasa terancam akan hal itu. Oleh karena itu, mereka pun berusaha membatasi kegiatan mereka, dengan tujuan agar kaum mayoritas akan selalu unggul.
Salah satu contohnya dapat kita lihat di Indonesia sendiri, dimana golongan Islam Sunni seringkali mengekang hak-hak kaum Syiah, bahkan menganggap mereka bukan Islam dikarenakan perbedaan pemahaman dalam menganut agama yang sama. Ini tindakan yang aneh dan irasional. Justru hal ini semakin tidak menunjukkan fakta bahwa Islam merupakan agama yang toleran. Terlihat sekali bahwa kaum Sunni merasa terancam dengan adanya kaum Syiah, ditakutkan bahwa mereka akan menyebarkan paham mereka dan memengaruhi kaum muda di kalangan Sunni. Sekali lagi, ini pernyataan yang tidak relevan. Jika kita tak ingin kaum muda Sunni terpengaruh oleh ajaran/pemahaman/pemikiran lain, harusnya kita bisa membentengi diri kita dengan pemahaman yang lebih mendalam akan agama, bukan dengan menindas kaum lain yang punya pemahaman berbeda.
Kaum Sunni sudah seharusnya menyikapi perbedaan dengan baik, bukan hanya perbedaan agama, suku, dan ras, seperti yang digaung-gaungkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, namun juga perbedaan pemikiran. Hal inilah yang masih sulit ditoleransi oleh kita, bukan hanya umat Islam Sunni, bukan hanya bangsa Indonesia, tapi seluruh umat manusia di seluruh dunia.
Dominasi kaum mayoritas terhadap kaum minoritas secara tidak langsung memberi golongan mayoritas semacam otoritas untuk berbuat sekehendaknya. Dan kerap kali, hal ini disebabkan oleh tindakan para individu yang enggan memahami ataupun menoleransi perbedaan diantara kedua golongan. Sehingga hal ini pun berujung pada pertikaian konflik.
Dalam dunia yang global dan penuh dengan keberagaman ini, sudah semestinya kita berusaha untuk memahami satu sama lain. Manusia saat ini sudah semakin cerdas, dan kita harus lebih membuka wawasan terhadap orang-orang yang mempunyai pemikiran ataupun pemahaman yang berbeda dengan kita. Jika kita terus-menerus berpikiran tertutup, pada akhirnya kita sendirilah yang akan rugi.
Kita juga harus belajar untuk bisa bertoleransi dengan baik. Hargailah pendapat orang lain yang berseberangan dengan kita, meskipun kita sama sekali tidak setuju. Bagaimanapun juga, semua orang punya hak untuk beropini dan berekspresi. Salah ataupun benar itu masalah relatif, tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
Dengan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan pemikiran-pemikiran yang menawarkan perspektif berbeda, bukan tidak mungkin ilmu pengetahuan akan berkembang lebih maju.

Comments

Popular posts from this blog

A little reflection

On love; I guess

Salah