Kuliah

Saat ini, saya sudah menyelesaikan Ujian Nasional dan tengah bersiap-siap untuk memasuki perguruan tinggi. Awalnya, saya berniat untuk memasuki PTN dalam negeri, karena itu, selama setahun terakhir saya teberusaha untuk belajar sekeras mungkin. Namun tiba-tiba tujuan saya berbelok arah ketika saya didaftarkan orangtua saya untuk mengikuti kompetisi beasiswa S1 di Jepang.
Mengunjungi negara Jepang memang sudah merupakan impian saya sejak lama. Saya pun telah meniatkan diri saya agar kelak bisa berkuliah dan menikmati kehidupan sehari-hari di sana, tidak sekedar mengunjungi seperti layaknya turis.
Setelah melalui beberapa proses seleksi, kini saya tengah bersiap untuk memasuki proses seleksi tahap terakhir. Universitas yang akan saya masuki ini merupakan universitas swasta yang menampung banyak mahasiswa internasional dari luar Jepang, bahkan pembelajarannya pun menggunakan bahasa Inggris. Mata kuliah serta program-program mereka begitu menarik, karena mereka tidak hanya memfokuskan pada pembelajaran melalui textbook, namun juga penerapan ilmu yang telah dipelajari.
Namun saat ini ada beberapa masalah yang menimpa saya terkait proses seleksi tahap akhir ini. Saya tak akan menjelaskannya secara mendetail, karena bukan itu fokus postingan saya saat ini. Mungkin akan saya ceritakan lain kali. Yang saya ingin kemukakan adalah bagaimana pemikiran saya berubah setelah tertimpa berbagai masalah ini.
Dulu, saya sangat berniat untuk memasuki PTN, dan berpikir, jika kalaupun saya tidak lolos untuk beasiswa, saya akan terus mencoba seleksi masuk PTN. Tapi itu sebelum saya lolos sampai tahap terakhir, dan sebelum saya mengetahui informasi lebih mendetail mengenai universitas Jepang yang akan saya masuki.
Baru-baru ini saya juga telah menamatkan buku karangan Prof. Rhenald Kasali yang berjudul Self-Driving. Disitu dijelaskan bahwa beliau mendorong anak didiknya untuk pergi merantau ke luar negeri agar bisa lebih tangguh dan terampil dalam menjalani hidup. Di samping itu, beliau juga beberapa kali melakukan komparasi antara pendidikan dalam negeri dan luar negeri. Kerap kali beliau juga mengungkapkan keunggulan teknik pengajaran di luar negeri, yang sama sekali berbeda dengan di Indonesia.
Dari situ saya berpikir, dengan segala rintangan yang ada saat ini, jika keadaan tak memungkinkan saya untuk mendapatkan beasiswa ke Jepang, saya sama sekali tak berminat untuk memasuki PTN. Saya justru sangat berminat untuk menimba ilmu di luar negeri, sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Karena saya pun pernah merasakan pengalaman bersekolah di luar negeri, dan saya tahu betapa besar perbedaan kualitasnya.
Salah seorang teman saya mengatakan, tidaklah penting kita berkuliah di dalam ataupun di luar negeri, yang penting adalah kerja keras dan usaha kita selama menimba ilmu. Kesuksesan itu bukanlah dinilai dari sekolah yang dimasuki, namun dari diri kita sendiri. Yang penting kita sudah berusaha sekeras mungkin, sisanya serahkan pada Yang Di Atas.
Saya setuju dengan pernyataan teman saya tersebut. Menurut saya, tidaklah penting dimana kita menimba ilmu, namun yang penting adalah bagaimana cara kita menimba ilmu. Jika kita menjalaninya dengan sungguh-sungguh, kita pun akan mendapatkan pencapaian yang sebanding dengan usaha kita, walau akhirnya tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Namun di sisi lain, kualitas pendidikan itu penting. Kalaupun kita telah mengerahkan segenap usaha dan kerja keras, jika para pendidik bangsa tidak kompeten dan menyulitkan kita untuk mencapai kesuksesan, maka kemungkinan besar usaha kita tidak dihargai. Ibaratnya seperti ini. misalnya Riri Riza dan Mira Lesmana telah bersusah payah untuk menghasilkan film yang berkualitas demi mendukung industri film lokal, Jika para pejabatnya masih korup dan birokrasinya masih suka ngelindur, maka bisa jadi, usaha dan kerja keras para penyokong industri film lokal menjadi sia-sia.
Saya juga sadar bahwa pendidikan di luar negeri akan menawarkan sudut pandang dan insight yang berbeda mengenai bagaimana cara kita melihat dunia. Kita akan melihatnya melalui perspektif yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan dengan itu, kita bisa menggunakannya untuk berkontribusi bagi negara.
Sekian saja postingan saya kali ini. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

A little reflection

On love; I guess

Salah