Puasa

Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai puasa, karena dalam beberapa hari lagi kita akan menjumpai bulan suci, yaitu bulan Ramadhan.
Saya yakin, pastinya semua sudah tahu bukan, bahwa puasa itu bukan hanya menahan rasa lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu? Bukan hanya lapar dan haus, saat sedang puasa, kita pun harus mencegah diri kita dari perbuatan-perbuatan buruk yang akan merusak amal kita, seperti bergunjing, mencela, dan sebagainya. Sebagai umat Muslim,  kita juga diwajibkan untuk menambah amal ibadah sebanyak mungkin, karena pada bulan Ramadhan, pahala dalam amal ibadah kita dilipatgandakan. Itulah mengapa Ramadhan kerap disebut sebagai bulan istimewa nan suci.
Namun sayangnya, dari apa yang saya lihat di masyarakat, sepertinya banyak yang belum paham arti puasa sebenarnya. Saya tak bermaksud men-judge orang lain, namun dari kacamata saya, terlihat bahwa kebanyakan orang hanya paham arti puasa secara teori, tapi tidak benar-benar memahami dan melaksanakannya.
Supaya kalian paham, akan saya kemukakan dua contoh. Pertama, kita lihat saat kita berpuasa saat masih SD, dimana pada saat itu kebanyakan dari kita masih belum diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, namun kita tetap saja berpuasa. Ingat-ingatlah masa-masa itu. Jam 3 pagi dibangunkan oleh orangtua, lalu dengan ogah-ogahan dan mata masih sangat mengantuk, kita pun terpaksa bangun lalu melahap makanan yang disiapkan untuk sahur. Jam-jam pertama puasa, masih tenang-tenang saja, karena masih pagi, baru beberapa jam yang lalu sahur. Menjelang tengah hari, banyak diantara kita mulai mengeluh, merasa haus, lapar, bahkan tak sedikit di antara kita yang berpikir ingin berbuka setengah hari. Setiap melihat iklan makanan di TV, langsung terbayang bagaimana nikmatnya melahap makanan tersebut, di tengah rasa lapar yang terus mendera. Setelah asar, kita pun tak sabar, dan melirik jam dinding berkali-kali, menunggu kapan waktu buka. Detik-detik sebelum waktu berbuka, kita mulai menghitung countdown azan maghrib. Azan berkumandang, semua makanan/minuman yang ada di meja langsung dilahap. Begitu, bukan? Tak apa, saya juga dulu pernah mengalami hal seperti itu.
Nah sekarang akan saya kemukakan contoh kedua. Ada seorang pemuda, katakanlah usianya 18 tahun, menunaikan puasa di  bulan Ramadhan. Kebetulan dia sedang bersekolah di luar negeri, yang mayoritas non-muslim. Jadi bisa dikatakan suasananya sangat berbeda bila dibandingkan dengan di Indonesia. Pemuda ini jalan-jalan di tengah kota, melihat orang-orang makan seenaknya dengan bebas, di depan matanya, lalu dia berpikir, Duh, jadi orang gak peka banget sih. Gak tau orang lagi puasa apa. Enak banget lo semua, mentang-mentang gak puasa bisa makan seenaknya. Gak tau rasanya laper, sih.
Dapat kita simpulkan bahwa; dari kasus pertama, perilaku anak SD yang sedang berpuasa seperti yang di atas itu bisa dibilang wajar, meskipun memang kurang benar. Tapi yah namanya juga anak kecil, pemahamannya masih kurang. Toh nantinya seiring waktu akan lebih paham.
Nah, pada kasus kedua, kita lihat seorang pemuda, usianya sudah lebih dari cukup untuk melaksanakan puasa Ramadhan, tapi terlihat sekali dari tingkah lakunya tadi bahwa dia tak ikhlas menjalankan puasanya. Padahal, di usia seperti itu, seharusnya dia sudah sadar akan makna penting puasa. Dan bagaimana kalau saya tambahkan kalau perilaku pemuda tadi sama kelakuannya dengan anak SD? Ogah-ogahan bangun sahur, mengeluh lapar saat puasa, tak sabar menunggu waktu buka, dan melahap makanan dengan rakus saat buka. Apakah masih pantas, seorang pemuda usia 18 tahun, perilakunya disandingkan dengan anak SD?
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran saya. Saya melihat banyak diantara kita yang sudah berumur belasan tahun, sudah cukup umur, namun saat menjalankan puasa tingkah lakunya tak ubah seperti anak SD, seperti yang saya sebutkan tadi. Ayolah, kawan. Masih pantaskah kita berperilaku seperti itu? Kita sudah dewasa, bukan? Sudah bisa membedakan mana yang benar ataupun salah, bukan?
Sadarlah, kawan. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga melatih kesabaran dan keikhlasan kita saat menjalankannya. Dengan puasa, kita dapat merasakan bagaimana penderitaan kawan-kawan kita yang kurang beruntung, yang tidak bisa makan 3 kali sehari seperti kita. Saat kita mengerti penderitaan mereka, maka otomatis hati kita pun akan tergerak untuk menginfakkan sebagian harta kita untuk mereka. Oleh karena itu, kita diwajibkan untuk bersedekah pada bulan Ramadhan, untuk mensucikan harta kita, dan membantu mereka yang kekurangan.
Menjelang bulan Ramadhan, marilah kita bersihkan hati dan jiwa kita, agar ikhlas menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Insya Allah, jika kita menjalankan puasa dengan tulus ikhlas, maka yakinlah, Allah akan membalasnya dengan kebaikan berkali-kali lipat. Semoga kita semua mendapat keberkahan di bulan Ramadhan. :)

Comments

Popular posts from this blog

Home

Problems

Budaya membaca di Indonesia