Menjadi dewasa
Menjadi dewasa tidaklah mudah.
Tumbuh dan menjadi dewasa, berarti kita telah beranjak dari satu fase kehidupan dan memasuki fase kehidupan yang lain. Meninggalkan masa remaja dan mulai memasuki kehidupan nyata, serta mulai membuat keputusan nyata dan mengemban tanggung jawab atas hasil dari keputusan tersebut. Pelan tapi pasti, kita memegang kendali atas hidup kita, dan orangtua bukan lagi pengambil keputusan utama.
Dahulu, saat kita kecil, mungkin sebagian besar dari kita merasa jenuh dengan berbagai aturan yang diterapkan orangtua dalam rumah, dan terpana melihat orang dewasa begitu bebas dalam menjalani kehidupan. Dahulu, mungkin kita ingin sekali cepat-cepat dewasa, agar bisa mencicipi nikmatnya kebebasan dan tidak melulu harus patuh pada aturan atau larangan ini-itu.
Sekarang, saat saya perlahan-lahan meninggalkan masa remaja dan mulai beranjak dewasa, saya menyadari suatu hal; kenyataan bahwa kitalah pemegang kendali utama hidup kita terdengar sedikit menakutkan. Kenyataan bahwa, dalam hidup kelak kita akan dihadapkan pada situasi sulit yang akan mengharuskan kita mengambil keputusan rumit yang mungkin akan berdampak bukan hanya pada hidup kita, namun juga hidup orang lain. The idea of it sounds fascinating yet terrifying at the same time.
Dua malam yang lalu, saat saya sedang menulis resume untuk sebuah wawancara kerja paruh waktu, saya sadar bahwa saya mulai meninggalkan masa remaja dan mulai memasuki masa dewasa. Saya akan mulai berhadapan dengan dunia nyata yang sesungguhnya, dan tidak lagi hanya berkutat dalam dunia akademik ataupun persoalan lainnya seputar sekolah. Saya kini sedang berusaha untuk hidup mandiri di sebuah negeri asing, tidak lagi bernaung di bawah kehangatan rumah orangtua. Mengurus segala keperluan dan kebutuhan diri sendiri, tidak lagi menggantungkannya pada orang lain.
Dan hal yang saya sadari sejak beberapa bulan terakhir; mengurus berat badan diri sendiri tidaklah mudah. Terlebih lagi jika tubuh mudah jatuh sakit, di tengah cuaca musim dingin yang tak ramah dan kerap kali mengganggu rutinitas keseharian. Ada masa-masa ketika saya merasa ingin pulang saat saya sakit parah dan merasa sudah tak tahan lagi.
Saya tak bisa membuat kesimpulan yang memuaskan, saya juga payah dalam hal merangkai kata-kata mutiara nan inspiratif. Tapi yang bisa saya ambil dari semua itu adalah: inilah hidup yang sesungguhnya. Kita tak bisa mencegah hal-hal buruk yang akan menimpa kita. Seberapa menyakitkan hal tersebut, mau tak mau kita harus menjalaninya. Karena hidup ini tak melulu soal bersenang-senang, namun juga soal ketangguhan kita dalam menghadapi kesulitan.
Udah dulu ya, saya mau ngerjain tugas.
Comments
Post a Comment